Rabu, 28 April 2021

Proses dan Teknik Desain Grafis

Ada 2 hal yang mempengaruhi nilai dan hasil sebuah desain yaitu konsep dan hasil akhir.  Konsep merupakan perwujudan ide dari seorang desainer setelah berdiskusi dengan klien mengenai apa yang ingin dicapai, tujuan, segmen dsb. Konsep biasanya dituangkan dalam bentuk gambar kasar (Sketsa) yang kemudian di presentasikan terlebih dahulu kepada klien sebelum diolah ke tahap berikutnya. Kemampuan menuangkan ide menjadi sebuah konsep dipengaruhi oleh apa yang dilihat, didengar dan apa yang dibaca oleh seorang desainer. Sehingga dengan semakin variatifnya bacaan akan menambah kemampuan seorang desainer.

Hasil akhir ditentukan oleh kemampuan skill teknis (Olah Software) seorang desainer. Seiring dengan banyaknya pekerjaan desain maka kemampuan teknis ini akan semakin meningkat, begitu juga dengan pengalaman menggunakan sebuah software, sampai mengembangkan teknik-teknik baru dalam menggali kemampuan sebuah software akan memberikan hasil yang maksimal pada sebuah hasil desain. Selain itu pengetahuan post production dari seorang desainer akan membantu bagaimana hasil desainnya menjadi maksimal, seperti akan dibuat dalam ukuran berapa, bahannya apa, menggunakan mesin apa, dipajang diluar atau didalam, dsb. Sebagai contoh untuk membuat desain spanduk ukuran 3 x 1 M dan desain flyer tentu akan berbeda setting resolusinya di photoshop.


  

Tahapan dalam perancangan sebuah desain dijabarkan kedalam 6 proses, yaitu :


1.   Konsep
Konsep adalah pijakan awal dalam sebuah desain, dan merupakan hasil dari brainstorming seorang desainer dengan klien. Hasil dari pemikiran ini menentukan tujuan-tujuan, kelayakan dan segment / audience yang dituju. Konsep tidak mesti berasal dari bidang desain tapi merupakan gabungan dari beberapa bidang lain tergantung experience dan observasi seorang desainer. Konsep bisa didapatkan dari bidang lain, seperti : ekonomi, politik, hukum, budaya, dll.

2.   Media
Untuk mencapai hasil dari tujuan kita terutama mengenai sasaran / segment yang dituju dari desain tersebut, diperlukan studi kelayakan media yang cocok dan efektif untuk mencapainya. Media bisa berupa cetak, elektronik, outdoor, Internet, neon sign, mural dll.

3.   Ide/gagasan
Untuk mencari ide yang kreatif diperlukan studi banding, literatur, wawasan yang luas, diskusi, wawancara, dll. Agar desain bisa efektif diterima audience dan membangkitkan kesan tertentu yang sulit dilupakan. Kadang untuk mendapatkan ide, diperlukan suatu kegilaan, membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan membenturkan / membuat suatu hal yang konflik / paradoks.
Inovasi dalam membuat sebuah karya desain, mencari jargon-jargon baru pada sebuah iklan atau menerapkan teknik-teknik baru dalam sebuah desain memberikan hasil desain yang berbeda dari kebanyakan desainer. Kenapa harus berbeda karena dengan ketatnya persaingan di dunia grafis mempunyai ciri khas terhadap sebuah desain merupakan suatu nilai tambah.
Contoh :  iklan rokok yang memiliki slogan : “Bikin hidup lebih hidup”. Sedangkan kita padahal telah mengetahui bahwa rokok lebih mendekatkan kita pada kematian!  But is unique and different right.

4.   Persiapan data
Data berupa teks, suara, video atau gambar terlebih dahulu harus kita pilah dan seleksi. Apakah data itu sangat penting sehingga harus tampil atau kurang penting sehingga bisa ditampilkan lebih kecil, samar atau dibuang sama sekali. Data bisa berupa data  informatif atau data estetis. Data informatif adalah data yang harus ada dan berisi informasi kepada audience bisa berupa foto atau teks, dan judul. Data estetis merupakan data tampilan agar sebuah desain menjadi enak dilihat dan proporsional. Data ini bisa berupa bingkai, background, efek grafis, garis atau bidang.Tugas desainer adalah menggabungkan data informatif dan data estetis menjadi suatu kesatuan yang utuh. Tujuan desain grafis adalah untuk mengkomunikasikan karya secara visual, oleh karena itu jangan sampai estetika mengorbankan pesan / informasi.

5.   visualisasi
Berbeda dengan pembuatan desain untuk sendiri atau portofolio, dalam kaitannya dengan pembuatan untuk orang lain (klien) tentu saja kita harus meredam keinginan kita sedikit dan lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh klien, baik dari warna yang dipakai, layout, dsb.
  • Desain Typografi, biasanya desain ini akan dipengaruhi oleh target audience yang dituju dan ukuran dari hasil desain pada akhirnya apakah sebuah karya desain ini untuk sebuah flyer, spanduk atau Billboard, dsb.
  • Pemilihan warna, pemilihan warna dapat ditentukan dari konsep analisa dan strategi yang telah ditentukan, dalam pemilihan warna tentu saja ada kaidah2 yang tidak bisa dielakan yang berkaitan dengan target audience, warna yang berkaitan dengan brand perusahaan, atau warna yang berkaitan dengan partai politik, dan banyak lagi yang bisa dijadikan acuan.
  • Layout yang menarik, layout adalah usaha untuk menyusun, menata unsur-unsur grafis (teks dan gambar) menjadi komunikasi yang efektif. Ada banyak cara untuk mendesain sebuah layout, ada yang formal ada yang bebas, ada yang elegant dan sebagainya. Semuanya itu banyak ditentukan pada keinginan klien.
  • Finishing yang rapi dan indah
6.   Produksi
Setelah desain selesai, maka desain sebaiknya lebih dahulu di proofing (print preview) sebelum di cetak. Jika warna dan komponen grafis lain tidak ada kesalahan, maka desain anda siap diperbanyak.



Pada akhirnya proses tahapan perancangan ini tidak selalu baku seperti ini, bisa disesuaikan dengan budget, waktu dan hasil yang diinginkan dari sebuah desain. Ada yang mungkin cukup tiga tahap saja, atau empat tahap. Semua tergantung dari sang Desainer dan klien tentunya.

Konsep Pemecahan Masalah Desain Grafis 
1. Desain sebagai pemecahan masalah Bagian penting dari proses desain berkaitan dengan mengatasi kreatif, praktis atau ekonomi hambatan. Hal ini mungkin terdengar sederhana, tetapi sering, masalahnya itu adalah sulit bagi kita namun ada suatu perasaan bahwa sesuatu yang kita kerjakan akan tidak beres dengan desain. Pemecahan masalah melibatkan bekerja melalui berbagai elemen desain dan tidak hanya membuat asumsi seperti apa masalahnya. 
2. Makro dan mikro masalah Masalah makro adalah mereka yang mempengaruhi gambaran besar, seperti strategi produk secara keseluruhan. Di sisi lain, Masalah mikro lebih kecil dalam skala dan mempengaruhi spesifik elemen dalam strategi. Masalah yang berbeda membutuhkan solusi yang berbeda dengan berbagai keterampilan set diperlukan. Bagaimana untuk menghasilkan sebuah buku yang rumit tampilan nya dalam batas tertentu atau jumlah halaman tertentu merupakan latihan yang berbeda dari menciptakan sebuah karya baru, meskipun keduanya dilakukan oleh desain disiplin. Desain merupakan salah satu unsur makro gambar dan merupakan fungsi yang duduk di samping produk pengembangan, periklanan, pemasaran, hubungan masyarakat, produksi dan distribusi. Beberapa klien mungkin berpikir desain yang dapat memecahkan setiap masalah, namun pada akhirnya, desain tidak bisa memperbaiki apa yang pada dasarnya bukan merupakan masalah desain.
3. Pertanyaan bukan jawaban Seringkali, masalah desain bukan apa yang kita pikirkan pada awalnya dan itu seringkali ide yang baik untuk mulai dengan mempertanyakan masalahnya. Jadi mudah untuk menganggap bahwa desain adalah jawaban untuk memecahkan Masalahnya, namun hal ini mungkin berarti bahwa sebuah pertanyaannya sudah ditanyakan dan ketika gilirannya menjawab. Dalam kasus iklan, mungkin ada beberapa cara untuk meningkatkan penjualan produk. Salah satunya adalah untuk mendesain ulang gambar yang visual atau iklan, tapi ini bukan satu-satunya cara. Masalah sebenarnya mungkin bahwa produk tidak memenuhi persyaratan target penonton dan malah mungkin memerlukan reposisi dalam pasar daripada mendesain ulang. Karena ada lebih dari satu solusi untuk masalah, ada juga seringkali lebih dari satu pertanyaan yang perlu ditanyakan. Ini mungkin terjadi bahwa seorang klien yang terlibat suatu desainer untuk memecahkan masalah tidak mungkin telah meminta sendiri pertanyaan yang tepat untuk memulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook